Tengku H. Abd Rahman Bebesen, seorang ulama, pendidik dan pendakwah yang telah menjadi simbol ketaatan masyarakat bebesen pada agama. Ia lahir tahun 1911 di bebesen takengon.
Abd rahman selain belajar mengaji pada tengku Abd Karim, ia juga berguru pada tengku abd rahman semaun di bebesen, kemudian tahun 1925-1937, selain berguru pada Tgk. Muhammad Ali Cut Meurak, ia berguru pada Tgk Muhammad Saleh Pulokitun. Pada tahun 1937, ia pindah berguru pada pesantren Cut Syahbuddin di samalanga.
Pada tahun 1938, setelah mendapat predikat Tengku, ia diangkat menjadi guru di Cut Meurak. Pada tahun 1939 ia kembali ke Takengon dan mendirikan Madrasah Tarbiyah Islam di bebesen. Selain itu, ia mengajar di Mersah Batin Kebayakan dan ia mengajar juga di pegasing.
Madrasah tarbiyah islam bebesen merupakan sumbangan tengku Abd Rahman yang tak ternilai bagi masyarakat bebesen. Karena sampai 1942 lembaga tersebut merupakan tujuan hampir semua tujuan pemuda untuk berguru.
Karya yang monumental Tengku H Abd Rahman adalah usahanya dalam pembangunan masjid bebesen dalam tahun 1940. pada masanya masjid tersebut merupakan masjid termegah dan merupakan lambang kemegahan umat islam di tanah gayo. Kemegahan masjid ini telah mengabadikan nama Tengku Abd Rahman, karena terus dikenang masa.
Agaknya merupakan sebuah malapetaka, karena ketika meletus G30/S/PKI masjid kebanggaan ini telah menjadi sarana keganasan PKI. Masjid tersebut mereka bakar habis. Akan tetapi, dengan semangat tinggi, Tengku Abd Rahman kembali memotivasi masyarakat bebesen untuk kembali membangun masjid kebanggaan ini. Alhamdulillah, dalam tempo yang tidak terlalu lama, masjid ini berdiri megah, bahkan arsitekturnya melebihi gaya masjid lama.
Masyarakat bebesen sangat fanatik pada Tengku Abd Rahman. Sikap ini tidak saja karena kedalaman ilmu agamanya, tetapi juga karena wibawa, maka ia sangat dihormati masyarakat bebesen. Salah satu fatwanya yang telah dipegang teguh oleh masyarkat bebesen adalah mengharamkan landak. Sedang sebelumnya, Tengku Muhammad Saleh Pulokitun telah memfatwakan bahwa landak itu halal. Karena itu masyarak tersebut telah menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan dan tiada berkesudahan, karena masing-masing pihak mempertahankan prinsipnya.
Demikianlah kegiatan Tengku Abd Rahman, ia terus menekuni kegiatannya sebagai guru sampai hari tuanya. Namun frekwnsinya sudah berkurang, ia hanya memberikan pelajaran dua kali dalam seminggu di Masjid Bebesen, seorang Tengku (ulama) yang mempunyai kharisma, pendidik dan menjadi simbul penggerak keagamaan masyarakat gayo bebesen.
Diposkan oleh Tgk. Sulis Minggu, 10 Mei 2009
Selasa, 27 April 2010
Langganan:
Postingan (Atom)